Wakil Bupati Temanggung Ir. Budiarto, MT minta petani menjaga dan mempertahankan kemurnian tembakau srinthil yang berkualitas supaya dibeli pabrikan dengan harga mahal. Dengan demikian kepercayaan greder/pabrikan tetap tinggi sehingga petani berpeluang mendapatkan keuntungan besar guna meningkatkan kesejahteraannya.
Hal itu dikatakan Wakil Bupati disela-sela melakukan kunjungan kerja meninjau produksi tembakau srinthil di desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo Kamis (22/9). Dalam peninjauan itu Wabup didampingi Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Ir. Rumantio, Camat Tlogomulyo Widodo Budi Wibowo dan diterima Kepala Desa Tlilir beserta Perangkat Desa dan sejumlah petani.
“Cuaca pada musim panen tembakau tahun ini sangat baik cukup panas matahari sehingga menghasilkan tembakau berkualitas. Hal itu terbukti perdagangan tembakau di sejumlah gudang sangat ramai dan harga jual tembakau kering relatif tinggi mencapai ratusan ribu rupiah. Bahkan di desa Tlilir saat ini sudah keluar tembakau srinthil yang laku Rp.160.000/kg sehingga petani bisa menikmati keuntungan“ Ujarnya seraya berharap para greder membeli semua tembakau milik petani dengan harga tinggi.
Menurutnya, tembakau Temanggung selama ini dikenal sebagai tembakau lauk yang memiliki keunggulan dibanding tembakau luar daerah. Oleh karena itu guna mempertahankan kualitas supaya nilai jualnya tinggi, diminta petani menjaga kemurnian. Diutarakan, budidaya tembakau sampai saat ini masih menjadi andalan pendapatan petani dan memberikan dampak bagi pergerakan perekonomian daerah. Agar usaha pertembakauan bisa berjalan efektif dan efisien maka petani sudah selayaknya menjaga mutu khas Temanggung dengan tidak mencampur tembakau impor.
“Tembakau srinthil yang sangat harum baunya ini mesti dijaga kemurniannya supaya berkualitas tinggi . Keluarnya tembakau srinthil menguntungkan petani karena harga jualnya mahal mencapai ratusan ribu rupaih per kilogramnya , bahkan tahun 2009 silam harganya menembus angka Rp.600.000/kg,” pintanya.
Nurhadi (59) salah seorang petani menuturkan tembakau srinthil mulai keluar sepekan terakhir ini yang ditandai baunya harum, warna coklat kehitam-hitaman dan pegangannya lengket karena kandungan nikotin tinggi. Diakuii srinthil yang keluar pertama ini masih kualitas awal sehingga harga jualnyapun belum mahal Rp.160.000/kg. Srinthil kualitas puncak yakni baunya lebih harum, warna lebih hitam dan pegangannya bertambah lengket biasanya dihasilkan petikan daun terakhir atau dikenal dengan sebutan protholan . Berdasarkan pengalaman tahun 2009, srinthil kualitas puncak harga jualnya mencapai Rp.600.000/kg. Diakui tembakau srinthil tidak setiap musim keluar, jika cuaca baik yakni panas matahari cukup berpotensi menghasilkan srinthil itupun dilahan tertentu saja.
“Tanda-tanda tembakau srinthil mulai kelihatan setelah 4 malam diperam, keluar jamur kuning di daun tembakau yang jumlahnya bertambah banyak sampai 8 malam hingga siap dirajang. Saat dirajang, daun tembakau sudah lunak dan pekat karena kadar nikotinnya tinggi dan baunya harum menyengat seperti buah salak “ tuturnya seraya menambahkan hasil tembakau rajangan setelah dianjang( ditata ) di rigen sedikitnya butuh 3 hingga 5 hari penjemuran matahari supaya kering dan siap jual.
Menurutnya berdasarkan catatan, masa kejayaan tembakau srinthil dialami pada tahun 1977 yang harganya mencapai Rp.12.000/kg, pada saat itu harga beli pupuk kandang 1 truk hanya Rp.6.000, sehingga 1 kg srinthil bisa untuk beli pupuk 2 truk. Sementara saat ini harga pupuk kandang 1 truk Rp.1.100.000 , sedang harga jual srinthil baru mencapai Rp.160.000 /kg dan diperkirakan paling tinggi Rp.600.000 per kg seperti tahun 2009 silam.
Ia menuturkan dalam kurun 9 tahun terakhir ini petani di desanya acapkali menikmati tembakau srinthil yakni tahun 2002 (Rp.150.000/kg), 2003 (Rp.200.000/kg), 2004 (Rp.250.000/kg), 2006 (Rp.300.000/kg), 2007 (Rp.350.000/kg), 2008 (Rp.500.00/kg) dan 2009 (Rp. 600.000/kg) serta tahun 2011 ini sudah ada yang laku Rp.160.000 per kg. Sedang tahun 2005 dan 2010 tidak keluar tembakau srinthil karena curah hujan tinggi, sehingga kualitasnya rendah.
Kepala Desa Tlilir Kemis menjelaskan, sedikitnya ada 100 petani yang pada tahun ini bercocok tanam tembakau di lahan seluas 161 hektar. Jenis tembakau yang dibudidayakan varietas kemloko atau lebih dikenal sebutan gober genjah. Rata-rata tanaman tembakau tumbuh subur setiap pohonnya menghasilkan daun antara 18 – 20 lembar. Diutarakan petani mulai menanam pada awal bulan April lalu dan mulai memanen pada awal Agustus kemarin. Setiap kali memanen daun yang dipetik antara 1 – 2 lembar, khusus untuk panenan terakhir atau protholan bisa mencapai 4 lembar daun.
“Cuaca pada musim panen tahun ini sangat baik sehingga tembakau rajangan yang dihasilkan kualitas tinggi harga jualnya mahal. Untuk petikan pertama grade A laku Rp.30.000/kg, grade B Rp.50.000/kg, grade C Rp.70.000/kg, grade D Rp.100.000, grade E Rp.125.000/kg dan grade F Rp.150.000/kg. Untuk grade G yakni srinthil kualitas awal Rp.160.000/kg dan diperkirakan harganya semakin mahal seiring meningkatnya kualitas” ujarnya seraya menambahkan petani di desanya secara konsisten mempertahankan kemurnian dengan tidak mencampur tembakau luar daerah (import).
Di tempat terpisah Hartanto greder perwakilan Gudang Garam dan Agung Purnomo greder tembakau perwakilan Djarum, mengatakan panen kali ini benar-benar membuat para petani tembakau tersenyum, cuaca sejak masa tanam sangat bagus sehingga tembakau yang dihasilkan petani kualitasnya sangat baik, otomastis kalau kualitas baik maka harga akan mengikuti. Pihaknya siap membeli tembakau milik petani berapapun jumlahnya sepanjang kualitasnya memenuhi standar yang ditentukan pabrikan.
Tembakau Temanggung
Informasi Seputar Tembakau Temanggung
Minggu, 12 Agustus 2012
Tanam Tembakau Di Temanggung Diawali Dengan Ritual
Udara pagi di lereng Gunung Sumbing masih diselimuti kabut tebal, sementara warga Desa Legoksari, Kecamatan Tlogorejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menyiapkan sejumlah sesaji di rumah kepala desa mereka.
Sesaji tersebut, antara lain berupa empat macam tumpeng nasi, tiga "ingkung" ayam, dan jajan pasar itu ditata berjajar di ruang depan rumah Kepala Desa Legoksari, Subakir.
Sambil menunggu warga berdatangan untuk melakukan ritual "among tebal", para tamu yang telah hadir disuguhi teh panas dan makanan kecil.
Sebagian warga yang lain telah menyiapkan bibit tembakau di dalam puluhan keranjang plastik di sekitar ladang yang akan digunakan untuk melakukan ritual menanam tembakau.
Setelah dirasa cukup warga yang datang, sejumlah pemuda terlihat mengusung berbagai sesaji tersebut berjalan menuju sebuah mata air Kali Ringin berjarak sekitar 500 meter dari rumah kepala desa.
Dua orang tokoh adat mendekat ke mata air, seorang di antaranya terlihat membawa sebuah kendi.
Mereka duduk bersila sambil membakar kemenyan dan berdoa, kemudian mengisi kendi dengan air dari mata air tersebut.
Air dalam kendi dan sejumlah sesaji itu kemudian diangkut dengan menggunakan mobil bak terbuka menuju lereng Sumbing bagian atas dan warga pun mengikuti dari belakang.
Setelah sampai di sebuah ladang yang merupakan tanah kas kepala desa yang akan ditanami tembakau, mereka berhenti dan menggelar terpal plastik sebagai tikar untuk alas meletakkan sesaji dan warga duduk bersila mengelilingi sesaji tersebut.
Para petani yang telah berada di ladang pun menghentikan pekerjaannya untuk ikut bergabung mengikuti ritual.
Kades Subakir kemudian berdiri menyampaikan sambutan untuk menjelaskan maksud dan tujuan diselenggarakannya ritual tersebut.
Menurut dia, ritual tersebut untuk meminta kepada Tuhan agar bibit tembakau yang ditanam bisa tumbuh dengan subur, terhindar dari serangan hama, dan dapat mendatangkan rezeki yang halal.
"Kegiatan ini juga untuk melestarikan tradisi turun temurun dari nenek moyang," katanya.
Tanaman tembakau merupakan tanaman istimewa bagi masyarakat di lereng Gunung Sumbing, karena di kawasan tersebut hanya tanaman tembakau yang dapat tumbuh dengan baik pada saat kemarau dan secara ekonomis bisa mendatangkan keuntungan.
Desa Legoksari khususnya di Dusun Lamuk dikenal sebagai kawasan penghasil tembakau paling bagus di Kabupaten Temanggung, yakni tembakau "srintil". Pada panen tembakau tahun 2011 harga tembakau srintil mencapai Rp500 ribu perkilogram.
Penanaman tembakau di kawasan atas, yakni di lereng Gunung Sumbing, Sindoro dan Perahu dilakukan lebih awal dibanding dengan di daerah persawahan di dataran rendah.
"Di daerah kami, pada akhir April ini penanaman tembakau sudah selesai, sedangkan di kawasan persawahan baru mulai tanam bulan Mei mendatang," kata Subakir.
Makna sesaji
Begitu kepala desa selesai menyampaikan sambutannya, dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh seorang "kaum".
Sebelum membacakan doa, kaum membakar kemenyan dan sebanyak 11 bibit tembakau serta alat menanam tembakau diasapi.
Bibit tembakau sebanyak 11 (sewelas) mengandung maksud agar petani mendapat "kawelasan" atau kasing sayang dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sesaji berupa tumpeng "ireng" (hitam) dan ingkung ayam cemani untuk menghormati Ki Ageng Makukuhan yang dipercaya masyarakat setempat sebagai "cikal bakal" atau orang pertama yang membawa tanaman tembakau ke daerah tersebut.
"Ki Ageng Makukuhan yang tinggal di daerah Kedu juga memelihara ayam cemani maka disajikan ingkung cemani dan pepes ikan teri sebagai kegemaran Ki Ageng," kata Robin Ekajaya yang memimpin doa.
Tumpeng tolak dengan pucuk tumpeng dan di bagian bawah berwana hitam dengan lauk ingkung ayam tolak sebagai "tolak balak" agar masyarakat yang sedang menanam tembakau terhindar dari segala mara bahaya.
Kemudian tumpeng putih merupakan tumpeng keselamatan, mudah-mudahan masyarakat diberi keselamatan.
Tumpeng kuning dengan dipasangi bendera uang yang ditancapkan dengan lidi dengan harapan mudah-mudahan semua masyaratakt dalam menanam tembakau diberi pikiran yang jernih dan diberi rezeki yang yang banyak yang disimbulkan dengan uang.
Menurut Robin, tumpeng kuning juga melambangkan suatu permintaan kepada Tuhan bahwa tanaman tembakau dari tanam hingga panen butuh sinar matahari agar menghasilkan tembakau berkualitas.
Kades Subakir mengatakan, di antara sesaji tersebut, paling sulit adalah saat mencari ayam tolak, yakni kepala berwarna putih, bulu badan hitam, dan ekor putih atau sebaliknya.
Usai dibacakan doa, tumpeng, ingkung, dan jajan pasar tersebut dimakan bersama-sama oleh mereka yang hadir pada ritual tersebut.
Sebanyak sebelas bibit tembakau dalam ritual itu kemudian ditanam oleh "kaum" di ladang kepala desa dan disiram dengan air kendi yang diambil dari mata air Kali Ringin, diikuti dengan penanaman bibit tembakau lain oleh masyarakat.
Saat menanam bibit tembakau pertama diikuti oleh bunyi letusan puluhan mercon renteng yang digantung di sebuah tongkat bambu.
Subakir berharap, hasil panen tembakau tahun ini bisa lebih baik dari tahun 2011 atau paling tidak bisa sama seperti tahun lalu.
Sesaji tersebut, antara lain berupa empat macam tumpeng nasi, tiga "ingkung" ayam, dan jajan pasar itu ditata berjajar di ruang depan rumah Kepala Desa Legoksari, Subakir.
Sambil menunggu warga berdatangan untuk melakukan ritual "among tebal", para tamu yang telah hadir disuguhi teh panas dan makanan kecil.
Sebagian warga yang lain telah menyiapkan bibit tembakau di dalam puluhan keranjang plastik di sekitar ladang yang akan digunakan untuk melakukan ritual menanam tembakau.
Setelah dirasa cukup warga yang datang, sejumlah pemuda terlihat mengusung berbagai sesaji tersebut berjalan menuju sebuah mata air Kali Ringin berjarak sekitar 500 meter dari rumah kepala desa.
Dua orang tokoh adat mendekat ke mata air, seorang di antaranya terlihat membawa sebuah kendi.
Mereka duduk bersila sambil membakar kemenyan dan berdoa, kemudian mengisi kendi dengan air dari mata air tersebut.
Air dalam kendi dan sejumlah sesaji itu kemudian diangkut dengan menggunakan mobil bak terbuka menuju lereng Sumbing bagian atas dan warga pun mengikuti dari belakang.
Setelah sampai di sebuah ladang yang merupakan tanah kas kepala desa yang akan ditanami tembakau, mereka berhenti dan menggelar terpal plastik sebagai tikar untuk alas meletakkan sesaji dan warga duduk bersila mengelilingi sesaji tersebut.
Para petani yang telah berada di ladang pun menghentikan pekerjaannya untuk ikut bergabung mengikuti ritual.
Kades Subakir kemudian berdiri menyampaikan sambutan untuk menjelaskan maksud dan tujuan diselenggarakannya ritual tersebut.
Menurut dia, ritual tersebut untuk meminta kepada Tuhan agar bibit tembakau yang ditanam bisa tumbuh dengan subur, terhindar dari serangan hama, dan dapat mendatangkan rezeki yang halal.
"Kegiatan ini juga untuk melestarikan tradisi turun temurun dari nenek moyang," katanya.
Tanaman tembakau merupakan tanaman istimewa bagi masyarakat di lereng Gunung Sumbing, karena di kawasan tersebut hanya tanaman tembakau yang dapat tumbuh dengan baik pada saat kemarau dan secara ekonomis bisa mendatangkan keuntungan.
Desa Legoksari khususnya di Dusun Lamuk dikenal sebagai kawasan penghasil tembakau paling bagus di Kabupaten Temanggung, yakni tembakau "srintil". Pada panen tembakau tahun 2011 harga tembakau srintil mencapai Rp500 ribu perkilogram.
Penanaman tembakau di kawasan atas, yakni di lereng Gunung Sumbing, Sindoro dan Perahu dilakukan lebih awal dibanding dengan di daerah persawahan di dataran rendah.
"Di daerah kami, pada akhir April ini penanaman tembakau sudah selesai, sedangkan di kawasan persawahan baru mulai tanam bulan Mei mendatang," kata Subakir.
Makna sesaji
Begitu kepala desa selesai menyampaikan sambutannya, dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh seorang "kaum".
Sebelum membacakan doa, kaum membakar kemenyan dan sebanyak 11 bibit tembakau serta alat menanam tembakau diasapi.
Bibit tembakau sebanyak 11 (sewelas) mengandung maksud agar petani mendapat "kawelasan" atau kasing sayang dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sesaji berupa tumpeng "ireng" (hitam) dan ingkung ayam cemani untuk menghormati Ki Ageng Makukuhan yang dipercaya masyarakat setempat sebagai "cikal bakal" atau orang pertama yang membawa tanaman tembakau ke daerah tersebut.
"Ki Ageng Makukuhan yang tinggal di daerah Kedu juga memelihara ayam cemani maka disajikan ingkung cemani dan pepes ikan teri sebagai kegemaran Ki Ageng," kata Robin Ekajaya yang memimpin doa.
Tumpeng tolak dengan pucuk tumpeng dan di bagian bawah berwana hitam dengan lauk ingkung ayam tolak sebagai "tolak balak" agar masyarakat yang sedang menanam tembakau terhindar dari segala mara bahaya.
Kemudian tumpeng putih merupakan tumpeng keselamatan, mudah-mudahan masyarakat diberi keselamatan.
Tumpeng kuning dengan dipasangi bendera uang yang ditancapkan dengan lidi dengan harapan mudah-mudahan semua masyaratakt dalam menanam tembakau diberi pikiran yang jernih dan diberi rezeki yang yang banyak yang disimbulkan dengan uang.
Menurut Robin, tumpeng kuning juga melambangkan suatu permintaan kepada Tuhan bahwa tanaman tembakau dari tanam hingga panen butuh sinar matahari agar menghasilkan tembakau berkualitas.
Kades Subakir mengatakan, di antara sesaji tersebut, paling sulit adalah saat mencari ayam tolak, yakni kepala berwarna putih, bulu badan hitam, dan ekor putih atau sebaliknya.
Usai dibacakan doa, tumpeng, ingkung, dan jajan pasar tersebut dimakan bersama-sama oleh mereka yang hadir pada ritual tersebut.
Sebanyak sebelas bibit tembakau dalam ritual itu kemudian ditanam oleh "kaum" di ladang kepala desa dan disiram dengan air kendi yang diambil dari mata air Kali Ringin, diikuti dengan penanaman bibit tembakau lain oleh masyarakat.
Saat menanam bibit tembakau pertama diikuti oleh bunyi letusan puluhan mercon renteng yang digantung di sebuah tongkat bambu.
Subakir berharap, hasil panen tembakau tahun ini bisa lebih baik dari tahun 2011 atau paling tidak bisa sama seperti tahun lalu.
Meningkatnya Luas Areal Tembakau di Temanggung
Luas areal tanaman tembakau di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, saat ini mencapai 15.443,5 hektar. Luasan ini masih akan terus bertambah karena pada bulan Juni ini, diperkirakan masih akan ada tambahan luas tanam berkisar 50 hektar.
Kepala Seksi Perkebunan dan Agrobisnis Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, Gunarto mengatakan, luas tanaman tembakau jauh meningkat dibandingkan tahun 2011, yang mencapai 14.244 hektar.
Kendati demikian, peningkatan luas tanam ini diperkirakan tidak menimbulkan terjadinya produksi berlebih, karena produksi tembakau yang dihasilkan masih belum memenuhi permintaan pabrikan. "Volume permintaan masih di atas volume produksi. Kami berharap, panen tembakau kali ini dapat dibeli pabrikan dengan harga tinggi dan menguntungkan petani," kata Gunarto, Senin (18/6/2012) di Temanggung.
Saat ini, total permintaan tembakau mencapai 18.500 ton, yang berasal dari pabrik rokok PT Gudang Garam 7.500 ton, PT Djarum Kudus 5.000 ton, PT Bentoel 3.000 ton, dan permintaan dari sejumlah pabrik rokok kecil mencapai 3.000 ton.
Dengan mengacu pada rata-rata produktivitas tanaman tembakau yang mencapai tujuh kuintal per hektar, maka panen tembakau tahun ini hanya mencapai 10.810,45 hektar.
Luas tanam yang bertambah ini, menurut Gunarto, menunjukkan antuasiame petani yang semakin tinggi untuk menanam tembakau. Hal ini antara lain dipicu oleh tingginya harga tembakau pada panen di tahun 2010 dan tahun 2011.
Harga daun tembakau basah dari ladang yang biasanya hanya berkisar Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per kg, tahun lalu laku terjual Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kg.
Wahno, petugas pembantu kepala urusan umum Desa Kandangan, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung, mengatakan, jika tahun lalu luas tanaman tembakau di Kandangan hanya berkisar satu hektar, tahun ini, luasan areal tembakau diperkirakan mencapai tiga hektar.
Selain karena tergiur dengan harga tinggi tembakau, menurut Wahno, banyak petani memilih menanam tembakau karena saat ini hama tikus banyak menyerang tanaman padi dan palawija yang telah ditanam.
"Dengan maraknya serangan hama tikus, dan kondisi sulit air di musim kemarau ini, maka tembakau menjadi pilihan yang paling tepat saat ini," ujarnya
Artikel Tembakau Temanggung
Tembakau Temanggung merupakan tembakau terbaik di Indonesia karena itu banyak perusahaan rokok yang membuat gudang-gudang tembakau di Temanggung. Tidak hanya perusahaan-perusahaan rokok nasional saja yang berinvestasi disana, ternyata adapula perusahaan-perusahaan rokok dunia membuka besnis rokok di Temanggung.
Menurut pakar pembuat rokok bahwa sebatang rokok tanpa kandungan tembakau Temanggung didalamnya tidak akan menjadi rokok yang mantap dan berkualitas. Ini terbukti duhulu para tengkulak membeli tembakau dari daerah yang jauh seperti Bojonegoro Jawa Timur dan di bawa ke Temanggung dan dimasak (campur) seperti Tembakau Temanggung dan di jual dengan harga yang lebih mahal. Akan tetapi sekarang tembakau luar Temanggung di larang masuk karena merugikan petani Temanggung dan menghancurkan Harga Pasar Tembakau itu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)